Tebar Kebencian

Melihat di tayangan tivi tentang berbagai demo yang marak di tanah air, ada satu yang sedikit menarik perhatian saya, yaitu tentang penentangan ahmadiyah.

Demo kenaikan BBM, tuntutan kenaikan gaji, dan semacamnya saya kira masih dalam batas kewajaran walau pada pelaksanaannya seringkali anarkis. Bukan anarkisnya yang saya anggap wajar, tepi tuntutannya yang merupakan masalah perut. Beda dengan kasus ahmadiyah, ini adalah masalah keyakinan.

Tuhan saja tidak otoriter kalau teman saya bilang. Mengapa manusia masih sempat untuk memikirkan keyakinan orang lain. Apakah ada agama yang mengajarkan kebencian? Selama perilakunya tidak merugika orang lain kenapa kita harus usil. Kecuali bila ajaran keyakinan itu sudah mengarah kepada semacam fremason-fremason yang biadab, baru kita wajar menolaknya.

Kalau kita bandingkan dengan Malaysia , alangkah berbedanya dimana Malaysia sudah mulai makmur, perjuangan tokoh-tokoh bangsanya untuk menghilangkan diskriminasi luar biasa suksesnya. Kenapa ? Malaysia kebetulan pernah memiliki Perdana Menteri Mahathir Mohammad yang bekerja keras membangun ekonomi bangsa dan meletakkan dasar-dasar modernisasi. Pengganti Mahathir ialah Abdullah Badawi menyerukan agar agama tak dipakai untuk menimbulkan pertentangan sehingga hal-hal mengenai agama sudah tak perlu dipertentangkan. Justru di Indonesia perjuangan Syariat bukan main hebatnya, perjuangan untuk mendirikan negara Islam menimbulkan pertentangan dan ada indikasi pemaksaan-pemaksaan berbentuk Perda-Perda atau Syariat Agama. Kalau hal semacam ini tak dihentikan oleh pemerintah, alangkah borosnya tenaga yang dihamburkan untuk pertentangan-pertentangan. Perdana Menteri Abdullah Badawi sangat tepat dengan mengeluarkan pernyataan agar persoalan agama tak dibawa-bawa dalam forum-forum sehingga tak ada lagi pertentangan karena perjuangan kaum agama.

Dari hal hal diatas hendaknya tidak diajarkan kebencian terhadap sesama manusia, misalnya membenci suku , membenci agama lain, membenci bangsa ataupun menyebarkan kebencian terhadap aliran agama yang berbeda. Contoh ialah kebencian yang dihembuskan terhadap Ahmadiyah yang dilansir oleh Majelis Ulama Indonesia, kenapa suatu Majelis Agama begitu penuh dengan kebencian ? Demikian pula dengan Menteri Agama yang terlalu fanatik melakukan berbagai cara-cara yang
memecah belah bangsa. Pluralisme dan Humanisme lah yang selayaknya dikembangkan sehingga ada persatuan dikalangan bangsa Indonesia. Ada suatu kalimat yang mengatakan bahwa dihadapan Allah semua manusia itu sama, artinye tidak dibedakan, kenapa mesti membenci berdasarkan kebangsaan atau kesukuan ?

0 komentar: